Kemajuan industri dan teknologi
apabila tidak disertai dengan program pelestarian dan keseimbangan lingkungan
dapat menimbulkan berbagai macam dampak, dampak pencemaran udara yang
disebabkan oleh kebisingan, pemakaian insektisida dan masalah kerusakan ozon
dan efek rumah kaca.
1. Dampak kerusakan ozon
& efek rumah kaca
Lapisan ozon adalah lapisan atmosfir bumi yang berfungsi sebagai pelindung dari sinar ultraviolet yang datang berlebihan dari sinar matahari. Molekul Ozon mengandung 3 atom oksigen dengan rumus kimia O3, merupakan reaksi antara oksigen dengan sinar ultraviolet. Terutama terdapat pada lapisan atmosfir paling bawah yang kira-kira 10 persen ditemukan di lapisan Troposfir, suatu lapisan Tamosfir yang paling dekat dengan bumi,mulai dari permukaan bumi hingga 10-16 Km.
Penyebab menipisnya lapisan ozon
karena aktifitas manusia pada proses kegiatan industri yang mengunakan dan
memproduksi barang yang mengandung BPO (Bahan Perusak Ozon) seperti
Kloroflorokarbon (CFC) yang biasa digunakan untuk bahan pelarut utama bagi kilang-kilang
elektronik gas, bahan dorong dalam penyembur (aerosol), diantaranya kaleng
semprot untuk pengharum ruangan, penyemprot rambut, parfum atau pembuat
busa. Kemudian digunakan juga buat kulkas
dan AC. Penyebab lain yang merusak lapisan ozon yaitu karbon monoksida yang
berasal kendaraan bermotor, penggundulan hutan secara besar-besaran, asap
pabrik dan lain sebagainya.
Apabila lapisan ozon rusak, maka
sifat ozon sebagai penyaring sinar ultraviolet tidak akan berfungsi lagi. Sinar
ultraviolet yang berlebihan karena tidak tersaring ini mengakibatkan suhu bumi
menjadi naik dan bila ini terjadi maka bumi sudah tidak nyaman lagi bagi
kehidupan manusia. Sinar ultraviolet
akan terus ke bumi merusak sistim imunitas tubuh, mengakibatkan kanker kulit,
diperkirakan menjadi penyebab penyakit katarak pada manusia, menurunkan
produksi pertanian. Ekosistim, hutan,
kehidupan lautpun akan terganggu dengan sinar ultraviolet yang berlebihan.
Kenaikan suhu bumi menyebabkan
mencairnya es yang berada di kutub. Hal ini mengakibatkan naiknya permukaan
bumi. Garis pantai akan bergeser naik sehingga tempat-tempat di tepi pantai
akan tenggelam.
Selain karena kerusakan lapisan
ozon, kenaikan suhu bumi juga disebabkan oleh efek rumah kaca atau Greenhaus effect. Efek rumah kaca dapat
terjadi karena meningkatnya jumlah karbon dioksida (CO2) di udara.
Karbon dioksida dari tahun ke tahun
memang terus meningkat, sejalan dengan makin banyaknya penggunaan bahan bakar
fosil untuk mencukupi keperluan energi dunia. Karbon dioksida terutama hasil
pembakaran bahan bakar fosil, akan mengumpul pada lapisan tertentu di atmosfir
bumi, membentuk semacam “perisai”. Dengan adanya perisai ini menyebabkan panas
dari bumi tidak dapat dengan bebas keluar dari lapisan atmosfir, namun akan
dikembalikan lagi ke bumi. Panas dari bumi yang dikembalikan (dipantulkan) lagi
ke bumi akan menaikkan suhu bumi.
Pengaruh lapisan karbon dioksida terhadap kenaikan suhu bumi disebut
sebagai efek rumah kaca. Akibat yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca ini sama
dengan akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ozon, yakni kenaikan permukaan
air laut karena mencairnya es di kutub.
Mengingat akan hal ini maka para
ahli mulai memikirkan pemakaian energi yang bersih tanpa menimbulkan gas karbon
dioksida. Pemikiran tersebut antara lain berupa usaha pemanfaatan lebih banyak panas bumi (geothermal) untuk
membangkitkan tenaga listrik. Usaha ini juga dicoba untuk tenaga air, angin,
konversi gradien panas laut, matahari dan nuklir.
2. Dampak Kebisingan
2. Dampak Kebisingan
Kebisingan adalah masalah yang
selalu mengganggu dan banyak dihadapi oleh penduduk di kota besar saat ini,
yang bersumber dari suara alat-alat transportasi seperti bus, kereta api,
pesawat terbang dan lain sebagainya. Sumber lain juga berasal dari peralatan
industri yang mengeluarkan suara yang keras. Tingkat kebisingan di atas 50 dB
dianggap sebagai kebisingan yang sudah menganggu kenyamanan pendengaran.
Kebisingan antara 65-80 dB sudah
dapat menyebabkan kerusakan alat pendengaran bila kontak terjadi pada waktu
yang lama. Selain dapat menyebabkan tuli, kebisingan juga dapat berdampak pada
kesehatan jiwa seseorang, seperti stress atau ketegangan jiwa., dan apabilla
hal ini tidak dapat diatasi maka dampak selanjutnya adalah menurunnya kesehatan
fisik.
Kebisingan di atas 80 dB
sebaiknya dihindari, kalaupun terpaksa tidak boleh kontak dalam waktu lama.
Sebagai contoh kebisingan sampai 89 dB, waktu kontak maksimumyang diizinkan
hanya selama 300 menit. Kebisingan sampai dengan 120 dB hanya boleh didengar
maksimum selama 15 menit saja. Bila batas waktu kontak dilanggar, maka akan
terjadi kerusakan saraf pendengaran.
3. Dampak Pemakaian Insektisida
3. Dampak Pemakaian Insektisida
Dalam rangka meningkatkan
produksi pertanian, banyak digunakan obat pembasmi hama (insektisida), yang
ternyata pada akhirnya berdampak pula pada manusia sebagai konsumen-nya.
Sisa-sisa bahan pemberantas hama yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan,
apabila termakan dapat merangsang timbulnya penyakit kanker karena zat kimia
dan racun yg berasal dari kandungan insektisida tersebut. Selain melalui
sayuran dan buah-buahan yang dimakan langsung, juga melalui pemakaian
insektisida secara langsung untuk memberantas serangga di rumah. Penyemprotan
insektisida ke udara di dalam ruangan rumah memungkinkan untuk dihirup masuk ke
dalam paru-paru manusia. Penggunaan insektisida yang berlebihan dapat mencemari
udara yang pada akhirnya merugikan kesehatan.
**Sumber: buku "Dampak Pencemaran Lingkungan - oleh Wisnu Arya Wardhana" dan dari beberapa sumber info lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar